"Sesungguhnya Allah
itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka bertaubatlah atas
kesalahan-kesalahanmu. Jangan berpikir untuk menunda-nunda taubat, tidak ada
yang pernah tahu kapan kita akan mati."
Sudah menjadi ritualku
untuk melaksanakan shalat tepat waktu setiap asar, karena aku begitu
terpesona dengan ceramah ustad yang karismatik ini.
"... setelah taubat
ya jangan diulang lagi. Misalnya setelah bertaubat karena mencuri ya barang di
kembalikan ke pemilik dan meminta maaf."
"Kalau merokok
Ustad? Apa harus minta maaf ke semua yang sudah menghirup asap rokoknya supaya
diampuni? Hii …, mau bagaimana minta maafnya kalau asapnya beterbangan ke
mana-mana. Apalagi kalau yang menghirup asapnya sakit kemudian mati." Suara perempuan itu membuat para jamaah
laki-laki menoleh ke belakang.
Mukaku mengencang, “Perempuan
menyebalkan, membawa-bawa rokok segala!” desisku sambil meninggalkan mushala,
aku tak mau mendengar apa jawaban Ustad kali ini.
******
credit |
Kantin di basement kantor sepi saat jam pulang kantor. Aku pesan
segelas kopi dan menghisap rokokku pelan. Rasanya nikmat sekali. Sekelebat
pikiranku kembali ke pertanyaan perempuan di mushala seminggu lalu. Ah, peduli
amat dengan dengan perempuan yang menolak cintaku 2 bulan lalu, rasa benciku
semakin menggunung.
“Kapan engkau berhenti merokok? “
Suara perempuan itu membuyarkan lamunanku.
“Apa pedulimu?” Kukatupkan gerahamku menahan marah.
“Kamu tahu kenapa aku menolakmu?”
“Aku tak peduli!” Kupalingkan wajahku darinya.
“Dengar, ayahku meninggal karena rokok, ibuku meninggal karena
menghisap terlalu banyak asap rokok. Seandainya engkau tidak merokok, aku tak
akan pernah menolakmu. Aku tak ingin nanti anak-anakku bernasib yang sama
denganku.”
“Apa? Maksudmu kalau aku tidak merokok kamu mau menikah denganku?”
Kulihat anggukannya pelan dan wajahnya menunduk.
“Aku berjanji ini rokok terakhirku!” Aku matikan rokok dan
kekeluarkan sebungkus rokok yang tersisa. Satu persatu batang rokok itu
kumasukkan ke dalam gelas kopiku,
******
“Maafkan aku, aku bersalah telah membohongimu, aku dan rokokku
membunuh engkau dan calon anak kita. Aku berjanji kali ini aku tak akan pernah
merokok lagi seumur hidupku," suaraku lirih sambil terisak.
Aku memang tak lagi
merokok sesesering dulu tapi sesekali aku akan bersembunyi menghabiskan sekotak
rokokku. Hari itu aku melakukannya, hampir 2 jam aku bersembunyi di ruang atas hanya
untuk merokok dan aku tak mendengar teriakanmu memanggilku.
Seharusnya aku menjagamu seperti pesan dokter, kondisi kehamilan kedua yang lemah ini,
membuatmu harus membatasi gerakan. Engkau terjatuh saat mencoba menenangkan anak kita
yang tiba-tiba rewel, kepalamu terantuk ujung meja dengan sangat keras.
Aku tergugu disamping potret pernikahan kita. Aku tak menduga rokok itu merengut nyawa kekasih hatiku. Dosaku menggunung. Kesadaranku terlambat, aku membuat sejarahmu berulang.
Diikusertakan dalam tantangan BeraniCerita dengan tema : puntung rokok
Penyesalan memang selalu datang terlambat ya :((
ReplyDeletehiks.... ditinggal dua orang
ReplyDeletejleb... mantab buat iklan anti rokok ni mak.
ReplyDeletetapi abahku juga masih merokok sih :(
ReplyDeletesedih...
ReplyDeleteKenapa sholat tepat waktunya pas ashar doang? Kenapa ngegambarin seolah-olah perokok pasif lebih gampang mati daripada yg aktif? Kenapa? Kenapa gue banyak nanya?
ReplyDeleteHiks.. Sedih! ;-(
soalnya kalo dhuhur pas jam maksi hihihihi, Berdasar penilitian kan emg perokok pasif 3x lipat lebih bahaya dr perokok aktif -- ini sih kata dokter :D
ReplyDeletehm, harus berfikir ulang untuk mengulang merokok :)
ReplyDelete