credit |
"Ya Allah, kumohon
sabarkan aku ya Allah, ada yang menyia-nyiakan rejekimu saat yang orang lain kesempitan
rejeki." Suara di perutku terdengar, seirama dengan alunan lagu-lagu
keroncong di speaker stasiun.
"Mak tolong
sekalian angkat sampahnya kemari ya!" Panggilan Ijah sesama cleaning
service stasiun membuyarkan lamunanku.
"Ya,
sebentar!" Aku angkat plastik sampah ke arah Ijah berdiri. Aku berpapasan
dengan beberapa penumpang mulai berdatangan, baunya harum. Senyum tipisku
mengembang.
"Kenapa Mak
senyum-senyum sendiri? Ketemu artis ganteng ya?" tegur Ijah.
"Oalah Jah, aku ini
senyum karena jaman berubah, hanya dua yang tetap, bangku tua di tengah peron
sana yang belum juga diganti, dan bau kita yang tetap apek," sahutku sambil
terkekeh.
Ijah ikut terkekeh
sambil mengelus-ngelus perutnya.
“Kenapa Jah dengan
perutmu?”
“Lapar Mak, sudah dua hari
aku hanya makan sepotong ubi tiap pagi dan minum 3 gelas air supaya kenyang.”
“Makanya Jah berdoa sama
Allah supaya dikasih rejeki, siapa tahu ada penumpang yang berbaik hati
memberimu makanan.”
“Emak sudah berdoa?”
tanyanya.
“Selalu Jah, Emak selalu
berdoa.”
“Emak sekarang nggak
lapar ya, gaji cukup buat makan? “ tatapnya penuh rasa ingin tahu.
“Ya masih lapar Jah,
gaji masih ndak cukup. Tapi tetap berdoa saja, siapa tahu hari ini doa Emak
dikabulkan. Aamiin,” sahutku mantap.
“Nggak boleh stop berdoa
ya Mak. Ya sudah aku berdoa saja supaya kuat, supaya dapat rejeki.”
Aku tersenyum melihat
Ijah menunduk, dia berdoa dengan khusyuk. Aku melangkah pergi ketika kulihat
ada seorang penumpang melambaikan tangan ke arahku.
“Mak, tolong bantu saya
angkat kardusnya ya, tolong angkat ke depan jalur dua.” Seorang perempuan
cantik, berbaju bagus meminta jasaku.
Aku mengangguk dan
segera bergegas mengikutinya. “Perlu saya bawakan masuk kereta Bu?”
“Tidak perlu Mak, sampai
disini saja. Oh ya, ini ada nasi bungkus untukmu Mak.”
“Alhamdulillah, terima
kasih Bu.” Mataku berbinar, kumasukkan uang ke saku dan kutimang nasi bungkusnya.
Aku kembali ke tempat
Ijah, disana kulihat dia bersama anaknya yang sedang menangis.
“Kenapa Jah dengan
anakmu?”
“Dimarahin gurunya Mak,
belum bayar SPP.”
Suka :)
ReplyDeleteJarang2 ada orang kyak Emak :(
ReplyDeletesalut sama emak.
ReplyDeletehttp://wp.me/p3S7a-n1