Monday, October 7, 2013

[Berani Cerita #30] Doa Ijah



credit
Siang menjelang, matahari bersinar sangat garang, stasiun kereta ini masih lengang. Jadwal kereta pagi sudah lama berlalu, kereta siang hanya akan lewat 1.5 jam lagi. Aku berjalan menghampiri bangku di tengah peron, selalu ada saja penumpang kereta yang meninggalkan sampah begitu saja. Kupungut botol mineral dan kotak makanan yang berserak di lantai. Ada dua potong roti tersisa di situ, kotor tercampur tanah.

"Ya Allah, kumohon sabarkan aku ya Allah, ada yang menyia-nyiakan rejekimu saat yang orang lain kesempitan rejeki." Suara di perutku terdengar, seirama dengan alunan lagu-lagu keroncong di speaker stasiun. 

"Mak tolong sekalian angkat sampahnya kemari ya!" Panggilan Ijah sesama cleaning service stasiun membuyarkan lamunanku.

Tuesday, October 1, 2013

[Prompt #28] Bertukar Peran

Awan hitam berarak, angin mulai berhembus kencang, beberapa kali cahaya kilat serasa membelah bumi. Suara gelegarnya terdengar seperti hendak meluluhlantakkan bumi. Aku sungguh benci suasana seperti ini, apalagi di tempat pedalaman seperti ini. Hujan mulai jatuh, bulir-bulirnya serasa hendak merobek terpal jeep kuno yang kutumpangi.

“Apa tidak bahaya kalau kita melanjutkan perjalanan saat ini?”  Wajahku mulai pucat pasi.

“Kita tidak punya pilihan dokter, hari semakin gelap, apabila berhenti saya khawatir akan lebih sulit mencari jalan pulang.” 

Tanganku mulai dingin, jantungku berdegup kencang. “Tapi hujan semakin lebat, saya rasa akan sulit melihat ke depan sana.”

Tiba-tiba mobil berhenti mendadak .“Tunggu sebentar, rasanya ada pohon roboh di depan sana. Dokter tinggal di sini saja, jangan keluar.” Tanpa ragu dia membuka pintu dan berlari menembus lebatnya hujan.

"Sungguh pemberani dan gagah," gumamku pelan.

“Kita harus ambil jalan memutar, saya tidak mampu mengangkatnya.”  Dia muncul sesaat kemudian, sekujur badannya basah kuyup. 

Kulepas jaketku dan kuangsurkan kepadanya. Dia menolaknya


credit
“Terima kasih dokter, saya tidak apa-apa.”


Sunday, September 29, 2013

[Berani Cerita #29] Rokok Terakhir

"Sesungguhnya Allah itu Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka bertaubatlah atas kesalahan-kesalahanmu. Jangan berpikir untuk menunda-nunda taubat, tidak ada yang pernah tahu kapan kita akan mati." 

Sudah menjadi ritualku untuk melaksanakan shalat tepat waktu setiap asar, karena aku begitu terpesona dengan ceramah ustad yang karismatik ini.

"... setelah taubat ya jangan diulang lagi. Misalnya setelah bertaubat karena mencuri ya barang di kembalikan ke pemilik dan meminta maaf."

"Kalau merokok Ustad? Apa harus minta maaf ke semua yang sudah menghirup asap rokoknya supaya diampuni? Hii …, mau bagaimana minta maafnya kalau asapnya beterbangan ke mana-mana. Apalagi kalau yang menghirup asapnya sakit kemudian mati."  Suara perempuan itu membuat para jamaah laki-laki menoleh ke belakang.

Mukaku mengencang,  “Perempuan menyebalkan, membawa-bawa rokok segala!” desisku sambil meninggalkan mushala, aku tak mau mendengar apa jawaban Ustad kali ini.

******

credit